Thursday, January 29, 2009

Manfaat kedelai bagi kesehatan.

Kedelai adalah salah satu jenis kacang-kacangan yang bernama Latin Glycine max (L) mer ini banyak dibudiyakan diarea pesawahan setelah panen padi, dikalangan masyarakan kedelai dikenal memiliki dua varietas yaitu kuning dan hitam, tapi ada juga jenis kedelai hijau. Kedelai jenis ini jarang dibudidayakan bahkan sebagian masyarakat tidak mengenalnya. Kedelai mengandung protein, zat besi, kalsium, Vitamin A dan B lebih tinggi dibanding jenis kacang-kacangan yang lain, kandungan yang lain adalah lemak tak jenuh, linoleat, oleat dan akrahidrat berfungsi sebagai lipotropikum yaitu zat yang mencegah penumpukan lemak dalam tubuh, sedangkan kandungan serat dalam kedelai sangat tinggi, membantu metabolisme dan menurunkan kadar kolesterol dalam darah, zat mutagenik, anti kanker, genestein, yaitu senyawa fitoesterogen dalam kedelai dapat menghambat pertumbuhan sel kanker dan tumor. Penyakit-penyakit lain yang dapat dicegah atau dinetralisir dengan kedelai antara lain, diabetes, batuk, edema, ginjal, rematik, anemia, mencegah serangan, hipertensi, jantung, hepatitis, diare, dan nyeri perut. Kanfdngan yang ada dalam kedelai adalah isoflavon yaitu senyawa yang menyerupi estrogen(estrogen like) senyawa ini memiliki potensi sebagai Modulator Reseptor Estrogen Selektif (MRES) dan memberikan efek positif terhadap tulang, seperti halnya raloxifene, karena asalnya dari tanaman maka disebut fito-estrogen. Banyak penelitian menyarankan untuk mengkosumsi estrogen alami, seperti isoflavon karena tidak menimbulkan efek samping yang merugikan.
Isoflavon tergolong kelompok flavonoid, senyawa polifenolik yang banyak ditemukan dalam buah-buahan, sayur-mayur, dan biji-bijian termasuk di antaranya genistin, daidzin, genistein, dan daidzein, dari beberapa bahan pangan yang telah dianalisis kedelai menempati urutan pertama, ia mengandung daidzein sebanyak 10,5-85 dan genestein sebanyak 26,8-120,5 mg/100g berat kering.
Bahram H Arjmandi dan koleganya dari Departemen of Nutritional Sciences, Oklahoma State Univesity melaporkan bahwa mengkonsumsi 40 g protein kedelai setiap hari selama 3 bulan pada perempuan pascamenopouse, scara nyata bisa menurunkan ekskresi deoksipiridinolin (Dpd) pada urin. Sedangkan Dpd penanda sepesifik untuk resorpsi sel-sel tulang. Terdapat dua alasan mengapa kedalai meningkatkan pembentukan tulang: pertama isoflavon kedelai menstumulasi aktivitas osteoblasti (pembentukan sel tulang) melalui aktivitas reseptor-resptor estrogen. Kedua isvoflavon kedelai bisa meningkatkan produksi hormon pertumbuhan Insulin-like Growt Factor-1 (IGF-1).
Bebarapa studi kasus kedelai sebagai preventif atau penetralisir penyakit, dilakukan oleh Susan M Potter dkk dari Departemen of Food Science and Human Nutriotion Universitas Illinois , dengan memberikan suplementasi protein kedelai yang mengandung isoflavon sebesar 56mg dan 90 mg/hari selama 6 bulan kepada 66 wanita pascamenopouse. Hasilnya densitas mineral tulangnya pada kelompok 90 mg/hari meningkat, sedangkan pada kelompok 56 mg/hari tidak mengalami perubahan.
Di Jepang masyarakat pengkonsumsi kedelai dengan jumlah supan isoflavon kedelai rata-rata mencapai 35-200mg/hari, hal ini tampaknya berkaitan dengan rendahnya insiden osteoporosis pada wanita Jepang. Tapi di Indonesia, asupan isoflavonnya kurang lebih 40mg/hari atau setara 13,3 kedelai/hari, jumlah pengkonsumsian tersebut bisa jadi telah membantu pencapaian puncak massa tulang tapi jauh mencukupi untuk menahan kehilangan massa tulang para perempuan di atas usia 40 tahu pascamenopouse dan para lanjut usia.
Para ahli di China menyabutkan, dengan mengkonsumsi makanan kaya akan kedelai bisa mengurangi resiko kanker perut pada wanita, sebuah penelitian terhadap 1700 wanita yang dilakukan oleh Institut Kanker Sanghai, mengatakan semaki nbanyak kedelai yang meraka makan, semakin kecil kemungkinan terkena kanker,. Penelitian ini mengambil data dari 832 wanita Sanghai yang berusia antara 30-69 tahun yang sudah didiagnosa terkena kanker rahim dan perut pada tahun 1997-2001, dan 846 perempuan sehat dari kelompok usia yang sama, setelah lima tahun melihat tingkat pengkonsumsian kedelai mereka, ditemukan bahwa perempuan yang menderita kanker perut memakan kedelai lebih sedikit dibanding perempuan yang sehat. Ada fenomena penderita kanker perut di kalangan perempuan Asia jauh lebih kecil dibandingkan mereka yang tinggal di negara-negara barat, hal ini besar kemungkinan karena konsumsi kedelai seperti tempe dan tahu lebih tinggi dinegara-negara Asia, sehingga bisa diukur bahwa tingkat isoflavon yang dikonsumsi para wanita Asia 25 kali lebih banyak dibandingkan perempuan yang tinggal di negara-negara barat. (majalah Natural 06.2005)